(C) The Conversation This story was originally published by The Conversation and is unaltered. . . . . . . . . . . Kisah orang pertama Alor beradaptasi dengan perubahan iklim 43 ribu tahun lalu [1] ['Hendri A. F. Kaharudin', 'Shimona Kealy', "Sue O'Connor"] Date: 2024-04-03 02:11:21+00:00 Disclosure statement Penelitian lapangan dan penanggalan untuk proyek ini didanai oleh Australian Research Council Laureate Fellowship untuk O’Connor (FL120100156) dan analisis oleh ARC Centre of Excellence for Australian Biodiversity and Heritage (CE170100015). Izin untuk penelitian ini diberikan oleh pemerintah Indonesia - RISTEK Izin Penelitian Luar Negeri (O’Connor1172/FRP/E5/Dit.KI/V/2016). Kami ingin mengucapkan terima kasih kepada pemilik tanah dan penduduk desa Halmin dan Ling Al, Dr. Mahirta, Dr. Widya Nayati dan mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada, serta Bapak Gendro Keling dan Balai Arkeologi Bali atas bantuannya di lapangan selama penggalian. Kami juga berterima kasih kepada Ibu Ati Rati Hidayah dan Bapak Yohannes Goma atas bantuan tak ternilai mereka selama survei awal yang menemukan lokasi situs. Please see disclosure statement of Hendri Kaharudin (above) for funding details and acknowledgements. Sue O'Connor menerima dana dari The Australian Research Council Centre of Excellence for Australian Biodiversity and Heritage, The Australian National University, ACT, Australia [END] --- [1] Url: https://theconversation.com/kisah-orang-pertama-alor-beradaptasi-dengan-perubahan-iklim-43-ribu-tahun-lalu-226395 Published and (C) by The Conversation Content appears here under this condition or license: Creative Commons CC BY-ND 4.0. via Magical.Fish Gopher News Feeds: gopher://magical.fish/1/feeds/news/theconversation/